puyang sekemban

Puyang adalah dialek masyarakat Sumatera Selatan untuk kata Poyang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1991) yang artinya nenek moyang, datuk atau leluhur. Dalam mitologi masyarakat Sumatera Selatan, puyang bukan hanya diperuntukan bagi manusia, juga harimau sumatera atau satwa lainnya yang dipercaya memiliki kesaktian atau menguasai satu wilayah hutan dan rawa gambut.

Puyang Sekemban, dilahirkan di desa Kurungan Jiwa, marga Lubai suku 1, keresidenan Palembang - Hindia Belanda. Tanggal lahir beliau tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan analisa aplikasi Gen-i beliau diperkirakan hidup : dari tahun 1681 sampai dengan 1741 Masehi. Beliau merupakan salah satu dari nenek moyang penulis, maka penulis berusaha untuk menampilkan beberapa informasi tentang kisahnya.

Kisah Kehidupan

Puyang Sekemban, terlahir dari seorang Ayah bernama puyang Kerinci "puyang Tande" dan Ibunda beliau belum ada datanya. Data tentang Puyang Sekemban, penulis peroleh dari Benson Wajedi bin Balkanor bin Syarkowi dan adinda Milnan bin mamang Daud, mengatakan bahwa orangtua puyang puyang Sani adalah puyang Sekemban. Adapun siapa ibu beliau, belum datanya. Begitu juga beliau menikah dengan siapa binti siapa belum juga ada datanya.

Puyang Sekemban setelah mempunyai keluarga, hidup menetap (berdomisili) di suatu desa kecil di pinggiran sungai Lubai sebelah ulu, tepatnya di esa Kurungan Jiwa, marga Lubai suku 1, keresidenan Palembang - Hindia Belanda. Mereka hidup dengan usaha bertani terutama berkebun Karet atau Balam yang letaknya di sekitar desa tempat tinggal puyang tersebut. Istri puyang Sekemban, belum diketahui dari dusun mana. Puyang Sekemban melangsungkan pernikahan diperkirakan di desa Kurungan Jiwa. Karena pada saat ada peraturan dari pemerintah, apabila ingin lain desa harus membuat izin dari pemerintah marga setempat.

Adapun informasi lainnya seperti hal-hal yang menarik, mengesankan, mengagumkan, dan menyedihkan yang pernah dialami oleh puyang Sekemban seorang leluhur kita tidak dapat diulas dalam bagian ini.  Apabila sanak saudara mempunyai cerita menarik tentang beliau, misalnya ada bukti sejarah peninggalan puyang Sekemban misal berupa sebilah Keris, Pedang panjang, tambah tumbuh silakan kirimkan ke email : amrul.ibrahim@gmail.com

Akhir Hayat

Puyang Sekemban, meninggal dunia di desa Kurungan Jiwa, marga Lubai suku 1, keresidenan Palembang - Hindia Belanda. Namun tanggal berapa dan hari apa, belum ada datanya. Tempat makam beliau terletak di Tempat Pemakaman Umum : desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabuapaten Muara Enim - provinsi Sumatera Selatan.


Anak Keturunan

Anak keturunan puyang Sekemban, merupakan bagian dari suatu komunitas kurung dahat, masyarakat desa Kurungan Jiwa "Jiwa Baru" kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim - provinsi Sumatera Selatan. Data ini kami himpun dari berbagai sumber, diantara dari Benson Wajedi bin Balkanor bin Syarkowi bin Sohar. Sohar anak dari Rianem binti Setajar bin Gemancang bin Sekalung bin Kerinci sebagai berikut :

Mempunyai anak keturunan sebagai berikut : 
  1. puyang Sani bin puyang Sekemban
Penulis : Amarullah, putra umak Nafisyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

cak kandar

yuni triana

kang zirhan